Rabu, 07 April 2010

Cara ampuh naklukin cowok




Sssst...cowok itu cakep dan kelihatannya baik,"bisik Lola kepada sahabatnya Shesil.Shesil mencibir dan agak sebal melihat Rayan,cowok yang di maksud Lola.Shesil langsung bilang ke Lola,agar Lola jangan coba-coba jatuh cinta atau terpesona oleh Rayan."Rayan itu jenis makhluk cowok yang angkuh,dingin,dan kayaknya nggak mudah jatuh hati.Nnati kamu malah sakit hati sendiri,"begitu pesan Shesil.

Shesil gak salah menilai tentang Rayan.Cowok itu di kenal gengsian,nggak gampang jatuh cinta dan kayaknya nggak butuh cewek.Padahal,disekitarnya banyak cewek yang siap jadi pacarnya.Cewek-cewek itu akhirnya mundur dengan perasaan terluka dan sebal.Meski masih juga mengharapkan Rayan.

Nah apa yang kamu lakukan,bila ketemu cowok macam Rayan? Eh,berlaku juga neeh,buat cowok yang naksir cewek yang punya style kayak begini.

1.Dekati Sebagai Teman Biasa
Yakin dech,dia gak akan langsung pasang wajah "serem' bila kamu pasang target dia sebagai teman.Anggap dia teman biasa seperti yang lainnya.Iya,jangan menganggap dia lebih istimewa dari yang lain.

2.Masuk Lewat Hobinya
Sudah jadi teman biasa,tapi nggak juga punya bahan pembicaraan yang asyik?Cari tau hobi dan kesukaannya.Misalnya,dia gila membaca apa saja.Coba kamu bawa buku yang kataknya lagi dia suka.Pasti dia akan tertarik dan...dia pasti yang cerewet,tanya ini,tanya itu.

3.Jangan Perlihatkan Perasaanmu
Hmmm....meskipun kamu lagi suka banget sama dia,jangan sekali-kali kamu perlihatkan,kalau kamu suka.Tunjukan bahwa ada teman yang lain lebih penting dari dia(bukan pacar loh).Meki kamu deg-degan deket dia,jangan gugup yah.

4.Biarkan Dia Aman
Maksudnya begini,biarkan dia berpikir bahwakamu berteman,benar-benar murni berteman.Nggak ada maksud lain.Untuk sementara,hatinya ngerasa aman,karena "rasa" dia gak terganggu.

5.Kenal Lebih Dekat
Kamu bisa cari tahu,kenapa dia bersikap angkuh dan nggak butuh "seseorang" yang istimewa di hatinya.Caranya,kamubisa cerita terbuka tentang masa lalu dunia percintaanmu.Kamu bisa bisa juga ceritakan,isu yang berkembang di luar tentang dirinya.Pasti dia akan kaget dan mengemukakan alasannya mengapa bersikap seperti itu.

6.Kenalkan Seseorang
Kenalkan dia pada seseorang yang lebih segalanya dari dia.kalau kamu cewek,teman cowok dan sebaliknya.Kamu bilang saja teman.Perlihatkan kalau temanmu ini kayaknya suka sama kamu dan kamu gak menanggapinya.Pasti dia akan penasaran dan mulai membuka persoalan tentang "hati"

7.Teman Yang Bisa Diandalkan
Tunjukan padanya,kalau kamu adalah teman yang bisa diandalkan dan ringan tangan.Pasti dia gak ragu minta pertolonganmu.Buntutnya dia akan dekat sama kamu.Biasakan,kamu selalu ada.Hmm....sekali kamu gak ada,dia mulai kehilangan dech.

8.SMS Mesra
Meski terbiasa kirim-kiriman SMS,coba sesekali kamu selingi dengan SMS mesra.Lihat reaksi dan jawabannya.Kalau gak ada balasan alaias dicuekin,kayaknya mesti kamu persiapkan hati.Tapi kalau berbalas ok,jangan sampai geer.Tenang saja dulu.Jangan buru-buru.Siapa tahu dia hanya bingung dan nggak ingin kamu kecewa.

9.Nggak Perlu Nembak
Nah,kalau kamu sudah mendapat 'angin' dari dia,kamu bisa juga nyrempet pembicaraan soal hati.Kamu bilang saja ngerasa cocok bila bareng sama dia.kamu juga merasa nyaman bila ada dia.Nggak perlu nembak,Tinggal lihat reaksi dia.

10.Ya, tidak atau,,,,,,,
Hasil akhir dari setiap "penakhlukan"bisa positif bisa negatif.Selama proses penakhlukan sebenernya juga bisa dilihat sih.Nah,bila ada respon dan dia marasakan hal sama seperti yang kamu rasakan,tahu donk selnjutnya,,,,Nah,kalaupun hasilnya negatif alias dia gak punya rasa yang sama,janagn down juga.Tetaplah jadi teman atau bahkan sahabatnya.Sssst jangan salah,Tuhan sangat mudah membolak balikan hati manuasia.

DISASTER IN MAYA WORLD

Contiguity of children with advancement in information technology and opportunities for children to surf in cyberspace, it seems, is not always positive. Although in the era of information revolution, our children should not clueless about computers and familiar with the internet, but when they are not ready, do not be surprised if the side effects that may arise even harmful.

Facebook and the media presence to communicate in a virtual world dramatically in the last two-three years, probably right has opened the shackles of isolation and making knowledge and social networks of children more widely.However, at the same time offer information disclosure was apparently also caused the children vulnerable deceived.

The story experienced by Nova, 14 years old girl who lost their sanctity in Tangerang because deceived by a young man he knew through Facebook is one example of how risky the presence of Facebook when our children are not ready to anticipate any negative impacts that may arise.

In the mass media, we can see some examples of cases of side effects presence of Facebook. In Surabaya, has recently successfully dismantled the trade and child prostitution cases that use the line on line marketing on Facebook.

Unlike direct contacts personally and each party knows exactly interacts history and background talking, contacts built up in the virtual world is often full of packaging such as the world lasts simulacra. Jean Baudrillard states that simulation is a pseudo reality that is not always identical deangan real reality.

In the virtual world, through Facebook, one can introduce ourselves to anyone, without having to be bound by the conditions of the real itself. An idle man, a playboy who liked to play with women, through Facebook is not impossible that the figure represents himself as a polite, attentive, and far from annoying impression.

In the virtual world, whose name is a derivative of the identity of the image, and therefore the important thing here is the image, construction, and how much his opponent can interact swindled or misled.

For a daughter who daily grew up in families broken home, or troubled, let alone be a victim of child abuse, surfing in cyberspace to make friends chat not only be an alternative escape exciting activities.Moreover, these activities also be activities for the figures substitutif ideal idol.

A child who is in the real world has a light hand and a father who likes to play at, it is usually easy to be beguiled by his acquaintance in cyberspace who are good at entertaining, attentive, and seemed impatient.A child who is innocent like Nova, for example, would easily fall in love with a guy who looks through Facebook could be attentive and confide in a friend that's fun.

As part of technological progress, the presence of media networks Facebook is full of charm and a sense of loneliness can kill our children who daily earn less attention from his parents.Amidst the teaching and learning activities that are often too burdensome and tedious for students, plus more communication with parents is very minimal because of busy work, parents often take pragmatic steps.

Buy the kids a sophisticated mobile devices such a child to pair the BlackBerry and internet facilities in HP and the laptop is the way that parents are often chosen on the grounds that her son did not miss the progress. Meanwhile, for children from lower class families who may not afford expensive information technology devices, the presence of Internet cafes is one option that they could access easily and cheaply.

For children who live in the era of information revolution, build social networks in cyberspace and enroll in the account of friendship Facebook, Twitter, or other sites is a consequence of the progress of the times and become the inevitable demand. Just, who became a problem: because Psychologically the children in young age are often still not fully mature, and in many cases they are still easily deceived because it is difficult to distinguish where an acquaintance who is really good and which is also true that including the predators who are seeking their prey through the virtual world, so do not be surprised when suddenly there's parents who lost children because vague acquaintances through Facebook or deceived.

Is the duty of the government, parents, educators, and various other elements of society to prevent our children become victims of the world simulacra offered advancement in information technology. Of course, the solution does not need to issue a fatwa unlawful for Facebook and the like.What's important is how to keep us all not to lose social relationships with our children.

The enemy and the predators who threaten our children really do not always exist outside the home, on the streets, or in dangerous places. In our own home, at the time the children left to sunset surf in the virtual world, whether it be to play Facebook or open a porn site, then that's where mala disastrous start to threaten our children. (*) (*)

*). *). Bagong Suyanto, pengajar masalah sosial anak di FISIP Universitas Airlangga. Bagong Suyanto, teaching children social problem in FISIP Airlangga University.

Petaka Dunia Maya

PERSENTUHAN anak-anak dengan kemajuan teknologi informasi dan peluang anak untuk dapat berselancar di dunia maya, tampaknya, tidak selalu berdampak positif. Kendati di era revolusi informasi, anak-anak kita seyogianya tidak gaptek serta tak asing dengan internet, tetapi ketika mereka tidak siap, jangan kaget jika efek samping yang timbul malah merugikan.

Kehadiran Facebook dan media berkomunikasi di dunia maya yang dramatis dalam dua-tiga tahun terakhir, mungkin benar telah membuka belenggu isolasi dan menjadikan wawasan dan jaringan sosial anak-anak makin luas. Namun, di saat yang sama tawaran keterbukaan informasi itu ternyata juga menyebabkan anak-anak rentan terpedaya.

Kisah yang dialami Nova, gadis 14 tahun di Tangerang yang kehilangan kesucian gara-gara terpedaya lelaki muda yang dikenalnya lewat Facebook adalah salah satu contoh betapa berisikonya kehadiran Facebook ketika anak-anak kita tidak siap mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul.

Di media massa, kita bisa melihat sejumlah contoh kasus tentang efek samping kehadiran Facebook. Di Surabaya, belum lama ini berhasil dibongkar adanya kasus perdagangan dan pelacuran anak yang pemasarannya mempergunakan jalur on line Facebook.

***

Berbeda dengan kontak-kontak langsung secara personal dan setiap pihak yang berinteraksi tahu persis sejarah dan latar belakang lawan bicaranya, kontak yang terbangun di dunia maya sering berlangsung penuh kemasan seperti dunia simulacra. Jean Baudrillard menyatakan bahwa simulasi adalah sebuah realitas semu yang tidak selalu identik deangan realitas nyata.

Di dunia maya, lewat Facebook, seseorang bisa memperkenalkan diri menjadi siapa pun, tanpa harus terikat dengan kondisi riil dirinya. Seorang lelaki iseng, playboy yang suka mempermainkan perempuan, melalui Facebook bukan tidak mungkin merepresentasikan dirinya sebagai sosok yang santun, penuh perhatian, dan jauh dari kesan menjengkelkan.

Di dunia maya, yang namanya identitas adalah sebuah bentukan citra, dan oleh karena itu yang penting di sini adalah image, konstruksi, dan seberapa jauh lawannya berinteraksi dapat dikecoh atau terkecoh.

Bagi seorang anak perempuan yang sehari-hari dibesarkan dalam keluarga broken home, atau bermasalah, apalagi menjadi korban child abuse, berselancar di dunia maya untuk mencari teman chatting bukan hanya menjadi alternatif kegiatan pelarian yang mengasyikan. Lebih dari itu, kegiatan tersebut juga menjadi kegiatan untuk mencari sosok-sosok idola substitutif yang ideal.

Seorang anak yang di dunia nyata memiliki ayah yang ringan tangan dan suka main pukul, biasanya dengan mudah akan terpedaya oleh kenalannya di dunia maya yang pandai menghibur, penuh perhatian, dan terkesan sabar. Seorang anak yang lugu seperti Nova, misalnya, niscaya dengan mudah jatuh cinta kepada cowok yang lewat Facebook tampak penuh perhatian dan bisa menjadi teman curhat yang mengasyikkan.

***

Sebagai bagian dari kemajuan teknologi, kehadiran media jejaring Facebook memang penuh pesona dan mampu membunuh rasa kesepian anak-anak kita yang sehari-hari kurang memperoleh perhatian orang tuanya. Di tengah kondisi kegiatan belajar-mengajar yang acapkali terlalu membebani dan menjemukan bagi siswa, ditambah lagi komunikasi dengan orang tua yang sangat minimal karena kesibukan bekerja, sering terjadi para orang tua menempuh langkah pragmatis.

Membelikan anak-anak perangkat telepon seluler yang canggih semacam BlackBerry dan memasangkan anak fasilitas internet di HP maupun laptopnya adalah cara yang acapkali dipilih para orang tua dengan alasan agar anaknya tidak ketinggalan perkembangan. Sementara itu, bagi anak-anak dari keluarga menengah ke bawah yang mungkin tak kuat membayar perangkat teknologi informasi yang mahal, keberadaan warung-warung internet adalah salah satu pilihan yang bisa mereka akses dengan mudah dan murah.

Bagi anak-anak yang hidup di era revolusi informasi, menjalin jejaring sosial di dunia maya dan mendaftarkan diri dalam akun pertemanan Facebook, Twitter, atau situs yang lain memang merupakan konsekuensi kemajuan zaman dan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan. Cuma, yang menjadi masalah: karena secara psikologis anak-anak dalam usia belia acapkali masih belum sepenuhnya matang, dan dalam banyak kasus mereka masih mudah terpedaya karena sulit membedakan mana kenalan yang benar-benar baik dan mana pula sesungguhnya yang termasuk predator yang tengah mencari mangsa lewat dunia maya, maka jangan kaget jika tiba-tiba ada orang tua yang kehilangan anaknya karena kabur atau tertipu kenalannya lewat Facebook.

Adalah tugas pemerintah, orang tua, pendidik, dan berbagai elemen masyarakat lain untuk mencegah anak-anak kita menjadi korban dunia simulacra yang ditawarkan kemajuan teknologi informasi. Sudah barang tentu solusinya tidak harus dengan mengeluarkan fatwa haram bagi Facebook dan semacamnya. Yang terpenting adalah bagaimana menjaga agar kita semua tidak kehilangan hubungan sosial dengan anak-anak kita.

Musuh dan para predator yang mengancam anak-anak kita sesungguhnya tidak selalu ada di luar rumah, di jalanan, atau di tempat-tempat yang berbahaya. Di rumah kita sendiri, pada saat anak-anak dibiarkan terbenam berselancar di dunia maya, entah itu bermain Facebook atau membuka situs porno, maka di situlah mala petaka mulai mengancam anak-anak kita. (*)

*). Bagong Suyanto, pengajar masalah sosial anak di FISIP Universitas Airlangga

Joke'ngintip donk'

Pada suatu siang ada sepasang suami istri yang ingin berhubungan intim tetapi terhalang karena saat itu dirumah sedang ada anaknya yang bernama Adrian, maklum rumah mereka sangatlah kecil. Akhirnya sang suami mendapat akal untuk menyuruh anaknya pergi.

Bapak: Rian, kamu pergi dulu gembalakan kerbau kita!!!!

Rian: Ya pak..!

(Rian tahu bahwa itu hanya akal2an bapaknya supaya bisa berhubungan intim dengan ibunya, diapun urung menggembalakan kerbau dan berencana untuk mengintip bapak ibunya).

Setelah dirasa sudah aman, si bapak mulai bereaksi, berdua tanpa sehelai benang. Si bapak mulai meraba...

Bapak: Apa ini dek..??

Ibu: Ini gunung yang tak terdaki, bang..!

Bapak: Apa ini dek..??

Ibu: Ini rumput yang sangat luas, bang..!

Bapak: Apa ini dek..??

Ibu: Ini sumur yang sangat dalam, bang..!

(Giliran si ibu)

Ibu: Ini apa bang..??

Bapak: Ini tongkat yang tak terpatahkan!

(Tiba2 Rian tertawa & terdengar oleh bapaknya.)

Bapak: Rian!! Itu kamu ya..!

Rian: Ya.. P.. Pak..!(dgn gemetar menjawab)

Bapak: Kamu udah gembalakan kerbau kita..!???

Rian: Udah pak...

Bapak: Dimana..!???

Rian: Di gunung yang tak terdaki...

Bapak: Udah kamu kasih makan..!???

Rian: Udah.. dirumput yang sangat luas...

Bapak: Udah kamu kasih minum..!???

Rian: Udah.. disumur yang dalam...

RIANNNNN... KAMU NGINTIP YA!!!!!?? (Seru bapaknya!!)